
Iman tanpa Perbuatan Adalah Mati: Memaknai Sabda Nabi tentang Keselarasan
Iman tanpa Perbuatan Adalah Mati: Memaknai Sabda Nabi tentang Keselarasan
02/09/2025 | Humas BAZNASDalam ajaran Islam, iman tidak hanya sebatas keyakinan di dalam hati. Iman harus diiringi dengan amal saleh agar bernilai di hadapan Allah SWT. Banyak ulama menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, sebab keimanan sejati seharusnya tercermin dalam perilaku, ucapan, dan tindakan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an yang selalu mengaitkan kata iman dengan amal saleh.
Sebagai seorang muslim, kita perlu memahami bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati bukan sekadar ungkapan kosong, melainkan peringatan penting agar tidak hanya berhenti pada keyakinan, tetapi juga membuktikannya dengan amal nyata. Dengan begitu, iman akan memberikan manfaat, baik di dunia maupun akhirat.
1. Hakikat Iman dalam Islam
Iman memiliki tiga unsur utama: keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan pembuktian dengan perbuatan. Jika salah satu unsur itu hilang, keimanan menjadi tidak sempurna. Ungkapan iman tanpa perbuatan adalah mati menegaskan bahwa hanya percaya di hati tanpa diwujudkan dalam amal adalah sia-sia.
Banyak ayat Al-Qur’an menegaskan hubungan erat antara iman dan amal. Misalnya dalam QS. Al-‘Asr ayat 2-3:
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh..."
Artinya, iman tanpa perbuatan adalah mati, sebab Al-Qur’an menuntut adanya keseimbangan antara keyakinan dan perbuatan nyata.
Dalam hadis Rasulullah SAW juga disebutkan bahwa iman memiliki cabang-cabang, salah satunya adalah perbuatan sekecil menyingkirkan duri dari jalan. Ini menunjukkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, bahkan tindakan sederhana pun dapat menjadi bukti hidupnya iman.
Iman yang hanya disimpan di dalam hati tanpa ditunjukkan dalam perilaku akan melemah. Oleh karena itu, ulama berpendapat bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, karena amal adalah ruh yang menghidupkan iman.
2. Hubungan Iman dan Amal Saleh
Allah SWT sering mengulang dalam Al-Qur’an kalimat “alladzina amanu wa ‘amilus shalihat” (orang-orang yang beriman dan beramal saleh). Ini menjadi bukti nyata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Keduanya tidak bisa dipisahkan, ibarat akar dan buah dalam sebuah pohon.
Seorang muslim yang benar-benar beriman akan terdorong untuk melakukan amal saleh, baik berupa ibadah ritual seperti shalat dan puasa, maupun ibadah sosial seperti menolong sesama. Tanpa perbuatan, iman hanya akan menjadi teori. Maka jelaslah, iman tanpa perbuatan adalah mati.
Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana iman diwujudkan dalam amal. Beliau adalah teladan dalam akhlak, kepedulian sosial, dan ibadah. Beliau tidak hanya mengajarkan keyakinan, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati.
Ketika seorang muslim beramal saleh, imannya akan semakin kuat. Sebaliknya, ketika malas beramal, imannya akan melemah. Inilah mengapa ungkapan iman tanpa perbuatan adalah mati menjadi pesan penting bagi umat Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak contoh sederhana yang menunjukkan hubungan iman dan amal: kejujuran dalam berdagang, menepati janji, menjaga amanah, hingga menolong orang yang kesusahan. Semua itu adalah bukti bahwa iman seseorang masih hidup. Tanpa itu, iman tanpa perbuatan adalah mati.
3. Konsekuensi Iman tanpa Perbuatan
Jika seorang muslim hanya beriman dalam hati tetapi tidak beramal, ia akan menghadapi konsekuensi serius. Allah SWT telah memperingatkan dalam Al-Qur’an bahwa orang-orang yang mengaku beriman tetapi tidak membuktikannya dengan amal, imannya tidak akan menyelamatkannya. Dengan kata lain, iman tanpa perbuatan adalah mati.
Konsekuensi pertama adalah iman menjadi lemah. Tanpa amal, iman tidak tumbuh. Karena itu, iman tanpa perbuatan adalah mati, sama seperti benih yang tidak pernah disiram.
Konsekuensi kedua adalah amal akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zalzalah ayat 7-8 bahwa setiap manusia akan melihat balasan dari amal baik maupun buruknya. Jika tidak ada amal, maka iman tanpa perbuatan adalah mati, dan orang itu akan merugi.
Konsekuensi ketiga adalah iman yang tidak diwujudkan dalam amal bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kemunafikan. Nabi SAW menyebutkan ciri-ciri orang munafik, di antaranya suka berdusta, ingkar janji, dan berkhianat. Hal ini membuktikan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, bahkan bisa berubah menjadi nifaq.
Konsekuensi keempat adalah tidak adanya keberkahan hidup. Iman yang hidup akan membawa ketenangan dan keberkahan, tetapi iman tanpa perbuatan adalah mati, sehingga hidup terasa hampa dan jauh dari rahmat Allah.
4. Cara Menyelaraskan Iman dan Amal
Agar tidak terjebak pada keimanan yang kosong, umat Islam perlu menyelaraskan iman dengan amal. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan. Pertama, memperbanyak ibadah wajib dan sunnah. Dengan beribadah, seorang muslim membuktikan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati.
Kedua, memperbaiki akhlak sehari-hari. Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. Maka, beriman harus dibuktikan dengan akhlak mulia. Jika tidak, iman tanpa perbuatan adalah mati.
Ketiga, melibatkan diri dalam amal sosial. Menolong fakir miskin, menjaga lingkungan, dan berbuat baik kepada tetangga adalah bentuk nyata iman. Sebab, iman tanpa perbuatan adalah mati.
Keempat, menjaga konsistensi (istiqamah). Tidak cukup hanya beramal sesekali, melainkan terus-menerus. Karena iman bersifat naik turun, amal yang konsisten akan menjaga agar iman tanpa perbuatan adalah mati tidak terjadi pada diri kita.
Kelima, memperkuat ilmu agama. Dengan ilmu, seorang muslim memahami mengapa amal itu penting. Tanpa ilmu, bisa jadi seseorang merasa cukup dengan iman di hati, padahal iman tanpa perbuatan adalah mati.
5. Buah dari Keselarasan Iman dan Amal
Ketika iman sejalan dengan amal, seorang muslim akan merasakan banyak buah kebaikan. Pertama, ketenangan hati. Iman yang hidup dan diamalkan menghadirkan ketenteraman batin, membuktikan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati hanyalah peringatan bagi yang lalai.
Kedua, keberkahan hidup. Orang yang beriman dan beramal saleh akan merasakan keberkahan dalam rezeki, keluarga, dan umur. Hal ini karena Allah menjanjikan pahala dan kebaikan bagi mereka, sedangkan iman tanpa perbuatan adalah mati tidak akan membawa keberkahan.
Ketiga, menjadi teladan bagi orang lain. Ketika seorang muslim mengamalkan imannya, ia akan menjadi inspirasi. Namun jika hanya beriman tanpa amal, orang lain akan menilai bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati dan tidak bermanfaat.
Keempat, keselamatan di akhirat. Allah SWT berjanji dalam QS. Al-Baqarah ayat 25 bahwa orang-orang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan surga. Sebaliknya, iman tanpa perbuatan adalah mati, sehingga seseorang bisa kehilangan kesempatan masuk surga.
Kelima, meningkatkan derajat di sisi Allah SWT. Orang yang beriman dan beramal saleh akan ditinggikan derajatnya. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati hanya membawa kerugian, sementara iman yang diamalkan membawa kemuliaan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati bukan sekadar ungkapan, melainkan peringatan penting agar umat Islam tidak berhenti pada keyakinan, tetapi juga membuktikannya dalam amal. Iman sejati adalah iman yang hidup, berkembang, dan menghasilkan buah amal saleh.
Seorang muslim harus selalu berusaha menjaga keseimbangan antara iman dan amal, karena tanpa amal, iman hanya menjadi hiasan yang tak bernilai. Oleh karena itu, mari kita jadikan ungkapan iman tanpa perbuatan adalah mati sebagai motivasi untuk memperbanyak amal saleh, demi keselamatan di dunia dan akhirat.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
