Depot Es Lapar Mata: Menyegarkan Dahaga, Menghidupkan Asa Bersama BAZNAS
Depot Es Lapar Mata: Menyegarkan Dahaga, Menghidupkan Asa Bersama BAZNAS
24/07/2025 | Humas BAZNASJalan Sungai Andai, Banjarmasin, menjadi saksi berdirinya sebuah depot sederhana yang setiap harinya ramai didatangi pelanggan. Spanduknya bertuliskan “Depot Es Lapar Mata”—nama yang unik, semanis kisah perjuangan pasangan pemiliknya, Wahyudi dan Lili, dalam membangun usaha kuliner yang kini menjadi tumpuan ekonomi keluarga.
Dari balik etalase es campur dan mie rebus, tersimpan cerita tentang tekad, inovasi, dan harapan yang terus dijaga. Sejak 2020, keduanya mengelola depot ini dari nol. Meski berawal dari keterbatasan, mereka tidak pernah berhenti belajar dan mencoba. “Kami mulai hanya dari yang kami bisa, lama-lama pelanggan datang sendiri,” ujar Lili sambil tersenyum ramah.
Kini, dengan jam operasional dari pagi hingga larut malam, omzet harian mereka bisa mencapai Rp400.000 hingga Rp500.000. Bahkan, mereka sudah merambah platform digital seperti GoFood dan Google Maps untuk menjangkau pelanggan lebih luas. Namun, seperti banyak pelaku usaha kecil lainnya, Wahyudi dan Lili tahu bahwa bertahan saja tidak cukup. Mereka ingin naik kelas.
BAZNAS Microfinance Desa Hadir sebagai Solusi
Jawaban atas harapan itu datang dari BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Banjarmasin. Melalui program pembiayaan mikro berbasis zakat, BAZNAS menjangkau para pelaku UMKM seperti Wahyudi dan Lili—bukan sekadar memberi modal, tapi juga pendampingan dan arah pengembangan usaha.
Pada 18 Juli lalu, Muhammad Ikhza, pendamping program BMD, datang langsung ke depot mereka. Ia melakukan asesmen, wawancara, sekaligus membuka ruang diskusi mengenai rencana bisnis ke depan.
“Waktu kami survei, kami melihat ada potensi besar di depot ini. Tapi yang lebih penting, ada semangat untuk berkembang. Itu yang ingin kami bantu dorong,” jelas Ikhza.
Melalui program ini, Wahyudi dan Lili mengajukan pembiayaan yang akan mereka gunakan untuk menambah bahan baku, menciptakan varian minuman baru, serta menghadirkan camilan ringan seperti spaghetti dan makanan kekinian lain yang digemari anak muda. Harapannya, depot mereka bisa menjadi tempat nongkrong yang lebih variatif, tak sekadar warung es biasa.
Menangkap Peluang, Membangun Masa Depan
Wahyudi dikenal sebagai pribadi yang adaptif. Ia tak segan menambah penghasilan dengan menjual layang-layang ketika melihat tren anak-anak bermain di lapangan. “Kalau ada peluang, ya kita manfaatkan. Usaha itu harus terus dinamis,” tuturnya mantap.
Semangat seperti inilah yang dilihat BAZNAS sebagai modal sosial yang penting. Tak heran jika pasangan ini diajak bergabung dalam kelompok pembiayaan BMD, setelah direkomendasikan oleh tetangga yang juga akan menjadi ketua kelompok.
“Ikut program BMD ini seperti dapat energi baru. Ada yang membimbing dan membantu, jadi tidak merasa berjuang sendiri,” kata Lili, penuh haru.
BAZNAS, Zakat yang Menyentuh Kehidupan
Menariknya, sebelum bergabung dalam program ini, Wahyudi dan Lili belum begitu mengenal BAZNAS. Namun setelah dijelaskan bahwa BAZNAS adalah lembaga resmi pengelola zakat, infak, dan sedekah yang menyalurkan dana umat ke program-program pemberdayaan seperti BMD, pandangan mereka berubah.
“Waktu tahu ini dari dana zakat, kami jadi makin semangat. Ternyata zakat bisa betul-betul membantu orang kecil seperti kami untuk bangkit,” ucap Wahyudi.
Program BMD memang dirancang agar lebih dari sekadar bantuan finansial. Ia adalah jembatan yang menghubungkan potensi dengan peluang, mengubah zakat menjadi motor penggerak ekonomi mustahik.
Langkah Kecil, Dampak Besar
Kisah Depot Es Lapar Mata bukan sekadar tentang jualan minuman dingin di hari panas. Ini adalah kisah tentang keberanian bermimpi lebih tinggi, tentang lembaga zakat yang tak hanya mengulurkan tangan, tapi juga berjalan bersama mereka yang ingin bangkit.
Di tengah derasnya tantangan ekonomi, program BMD Banjarmasin hadir seperti oase. Perlahan namun pasti, ia mendorong para pelaku UMKM agar tidak sekadar bertahan, tapi juga tumbuh dan berkembang.
BAZNAS menunjukkan bahwa zakat bukan hanya ibadah personal, tapi juga solusi kolektif untuk perubahan. Karena ketika zakat dikelola secara profesional dan disalurkan secara tepat, maka ia akan menjadi cahaya bagi mereka yang selama ini tertutup bayang-bayang keterbatasan.
Dan di Jalan Sungai Andai itu, di bawah spanduk Depot Es Lapar Mata, secercah cahaya itu kini mulai menyinari masa depan Wahyudi dan Lili—bersama BAZNAS.
Dapatkan Update Berita dan Informasi Penyaluran Zakat, Infak, dan Sedekah.
Follow us
